Pria Kelahiran Tangerang, 30 Oktober 1970 ini sudah tidak asing lagi dikalangan aktivis Tangerang. Menggeluti organisasi sejak duduk dibangku SMA dengan menjadi Pengurus KNPI Kec. Teluknaga tahun 1987.
Kiprahnya dalam dunia pergerakan diawali saat tahun 2004 dia bersama beberapa rekannya mendirikan FORMAT (Forum Komunikasi Masyarakat Dadap). Tidak tanggung-tanggung, LSM yang dibentuknya ini langsung menyoroti kasus kontroversi “Reklamasi Pantai Dadap Tangerang”.
Sebagai ‘orang baru’ dikalangan aktivis, sikapnya yang menolak keras kegiatan reklamasi menuai tekanan dan ancaman dari banyak kalangan yang pro-reklamasi, termasuk kalangan eksekutif dan legislatif Tangerang yang mendukung kegiatan tersebut. Namun itu tak menyurutkan langkah Ayah dari Andre Wirya Tirtana, Ega Putri Rahayu dan Satria Yudhistira ini.
Setelah hampir 2 Tahun memotori gerakan penolakan dengan berbagai protes dan aksi turun ke jalan akhirnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Komisi VII DPR-RI mengeluarkan rekomendasi kepada Pemkab Tangerang untuk menghentikan kegiatan reklamasi. Keberaniannya melawan arus dan berhasil menghentikan reklamasi Dadap serta sikapnya yang selalu rendah hati dan supel dalam bergaul membuatnya cepat dikenal oleh kalangan penggiat Kabupaten Tangerang, termasuk kalangan wartawan.
Dari pergaulannya dengan banyak aktivis senior inilah dia sadar bahwa ternyata masih banyak persoalan penyampingan hak-hak rakyat yang perlu disikapi. Sadar bahwa perannya juga dibutuhkan dalam hal lain serta keinginan untuk melakukan regenerasi, maka pada akhir 2005 dia melepaskan jabatan Ketua FORMAT dan bergabung dengan Gerakan Masyarakat Tangerang Bersatu (MARTABAT). Hanya dalam kurun 5 bulan diapun didaulat untuk menjadi Koordinator MARTABAT wilayah Kota dan Kabupaten Tangerang.
Merasa kurang leluasa mengekspresikan jiwa idealismenya, setahun kemudian dia mengundurkan diri dari MARTABAT dan bergabung dengan Karang Taruna Kab. Tangerang menduduki posisi Wakil Ketua. Saat Kabupaten Tangerang menghadapi hajat demokrasi (Pilkada), dia bersama rekan-rekannya dari beberapa organisasi lain membentuk Lembaga Pemantau JANGKAR PILKADA (Jaringan Karang Taruna Pemantau Pilkada).
Keberadaan dan posisi strategisnya di Karang Taruna yang dikenal sebagai Lembaga ‘Plat Merah’ ini tidak sedikitpun mengikis jiwa idealis dan sikap kritisnya. Secara terang-terangan, JANGKAR PILKADA yang dipimpinnya kerap melayangkan protes dan kecaman kepada para kandidat Bupati dan Wakil Bupati termasuk Incumbent yang dinilai melanggar rambu-rambu dan etika demokrasi. Sikapnya ini kontan menuai protes keras dari banyak pihak, termasuk jajaran pengurus Karang Taruna yang kebanyakan menjadi pendukung Incumbent.
Sadar akan keberadaannya di organisasi yang memang dibentuk untuk menjadi ‘mitra pemerintah’ maka pasca pilkada usai dia memutuskan untuk membubarkan JANGKAR PILKADA dan mengurangi kiprahnya di Karang Taruna. Jiwa nya yang selalu berontak manakala melihat ketimpangan dan ketidak-adilan mendorongnya untuk mendirikan sebuah lembaga yang independen dan non partisan. Bersama beberapa rekannya yang memiliki kesamaan platform diapun kemudian membentuk Lembaga Kajian dan Advokasi Kebijakan Publik (LANSKAP).
Pengalamannya dalam dunia pergerakan membuat pria yang masih menjabat sebagai Wakil Ketua Karang Taruna Kab. Tangerang ini punya akses dan kedekatan dengan lembaga-lembaga nasional seperti WALHI, LBH, LP3ES, PBHI, ICEL, Dll. Dipercaya menjadi Direktur Eksekutif LANSKAP, sebuah jabatan yang menuntut tanggung jawab dan komitmen tinggi.
Meski berkutat dengan beragam kegiatan sosial, namun pria yang tinggal di Kecamatan Kosambi, Tangerang ini dapat melalui hari-harinya dengan penuh kesahajaan. Mungkin karena beliau memegang motto ”Life for nothing or die to something”.
Dikalangan sejawatnya, jebolan IAIN Bandung ini dikenal punya komitmen tinggi atas tugas-tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya. Salah satu pendiri LANSKAP ini sering dipercaya untuk memimpin langsung eksekusi sebuah kegiatan, tak heran jika pria dengan logat khas parahiyangan ini sangat dekat dengan para relawan.
Berprinsip seperti burung terbang tinggi seluas harapan dan cita-citanya, mengembangkan sayap jaringan dan link yang jauh, salah satunya sebagai Volunteer UN-WFP (World Food Programme). Senang dengan kegiatan aksi dan bergaul di dunia aktivis, memiliki motto : ”Hidup mulia atau mati membela rakyat”.
Selain aktif dalam dunia pergerakan, Mantan Sekjen Aliansi Rakyat Tangerang (ARTA) dan mantan aktivis HMI Komisariat Sunan Kali Jaga Solo yang menyelesaikan S1-nya di Universitas Slamet Riyadi, Solo ini juga menekuni profesi sebagai pendidik. Itupula yang membuat aktifis SGT (Serikat Guru Tangerang) ini selalu concern menyoroti kebijakan sektor pendidikan.
Pengalamannya diberbagai organisasi pergerakan membuatnya dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Program Officer. Ditangannya segala rencana kegiatan di godok dan di konsep sebelum di eksekusi. Motto hidupnya “Berfikir idealis, bertindak realistis, dan berpijak pada keadilan”.
Keseharian aktivis kampus ini selalu dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, tak heran jika lajang yang akrab dengan sapaan ”Kak Sis” ini dikenal dekat dengan kalangan dosen dan rektorat.
Suksesnya dalam menghidupi aktifitas kampus dengan berbagai kegiatan inovatif membuatnya dipercaya mengomandani Divisi Riset & Edukasi, sebuah tugas yang tidak ringan dan butuh talenta tinggi. Pria yang taat beribadah ini punya motto hidup:
Bergelut didunia aktivis sejak masih duduk dibangku kuliah membuatnya selalu kritis terhadap berbagai persoalan yang ada. Pengalamannya dalam berorganisasi sudah tidak diragukan lagi, Wakil Ketua SEMA IAIN Serang tahun 1998 ini pernah menjabat Bendahara Umum HMI Cabang Serang. Pernah pula dipercaya menjadi koordinator Forum Mahasiswa Islam se-Indonesia (FORMASI) wilayah Jawa bagian Barat.
Berlatar belakang pengetahuan hukum, ditambah sikap yang kritis dan sensitif terhadap masalah-masalah sosial membuat nya dipercaya memimpin Divisi Hukum & Advokasi LANSKAP, sebuah jabatan yang penuh tantangan dan rintangan. Kendati begitu, suami dari Atiek Sriharti ini tetap optimis bahwa apapun yang menjadi hambatan pasti bisa dilalui sepanjang kita mau berusaha dan selalu berada dijalan kebenaran, seperti motto hidupnya: “Yakin Usaha Sampai”.
S1 jebolan IAIN Sultan Maulana Hasanudin, Banten ini pernah dipercaya menjadi Ketua GMNI cabang kampusnya. Hubungannya yang luas juga membuatnya dipercaya menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Tangerang (HIMATA) wilayah Banten Raya. Haus akan pengalaman membuatnya terus menimba pengetahuan, baik formal maupun non formal. Terakhir dia sibuk mengikuti Pelatihan Simpul Demokrasi yang diselenggarakan oleh IRE Tangerang.
Berbekal hubungan baik dengan berbagai stakeholder membuat Ketua Komunitas Mahasiswa Pasarkemis (KOMPAS) yang punya hobi baca, nonton & rekreasi ini ditunjuk memimpin Divisi Organisasi & Kelembagaan LANSKAP. Keuletan dan semangat tinggi dalam meniti hidup adalah modal utama pria hitam manis yang memiliki motto : “Man jada wa jada” ini.